BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap
daerah yang tersebar di Indonesia memiliki sebuah ciri khas sebagai identitas
daerah masing-masing. Salah satu jenis ciri khasnya adalah senjata. Senjata
secara sederhana dimaknai sebagai peralatan yang digunakan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mengolah lahan dan lainya. Selain itu,
senjata juga digunakan untuk melindungi diri/kelompok dari serangan yang datang
dari luar seperti adanya peperangan dan sebagainya. Senjata itu digunakan untuk
berbagai kepentingan namun tidak boleh asal digunakan, sebab apabila salah menggunakannya,
senjata dapat melukai dan bahkan menghilangkan nyawa seseorang dan banyak lagi
akibat yang ditimbulkan apabila salah dalam menggunakan senjata. Senjata dapat digunakan
untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, mengancam dan juga untuk
melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan
tubuh manusia) dapat dikatakan senjata.
Pada
pembahasan selanjutnya, kami akan membahas mengenai senjata tradisional yang
ada di Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Berdasarkan informasi yang kami
peroleh dari Bapak Kepala Desa Tenganan Pegringsingan, desa ini merupakan desa
yang kebudayaannya masih alami dan tanpa alkuturasi. Hal ini dapat dibuktikan
dari masyarakat Tenganan yang masih menganut hukum bali kuno, bangunan rumah
yang masih tradisional, dan kehidupan sehari-hari yang masih berpatokan kepada
kebiasaan nenek moyang mereka. Mereka juga tidak melupakan benda yang masih
dipergunakan dari dulu sampai sekarang, seperti senjata tradisional. Senjata
tradisional adalah produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu
masyarakat. Selain berguna untuk melindungi diri dari serangan musuh, senjata
tradisional juga digunakan untuk berladang dan berburu, dan yang paling penting
adalah senjata tradisional sekarang menjadi identitas suatu bangsa yang turut
memperkaya khazanah nusantara.
Pada
zaman dahulu, biasanya senjata dipergunakan untuk berperang. Walaupun sekarang
sudah tidak ada peperangan lagi, bukan berarti senjata juga hilang seiring
hilangnya peperangan. Pada zaman sekarang senjata sudah ber-alih fungsi sebagai
pelengkap pakaian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tenganan dan sebagai
penunjang kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa senjata yang masih
memiliki andil dalam kehidupan masyarakat Tenganan Pegringsingan dari dulu
sampai sekarang, seperti gandering, kadutan, golok, arit, dan tiuk cenik( pisau
kecil).
Sebagai
realisasi kepedulian masyarakat Tenganan akan kebudayaannya, mereka mendatangkan
seorang pandai besi dari luar Desa Tenganan untuk memproduksi senjata-senjata
yang masih diperlukan sampai sekarang.
Begitu
pentingnya keberadaan senjata dalam kehidupan masyarakat Tenganan dari dulu
sampai sekarang, maka dari itulah kami merasa tertantang untuk menguak beberapa
aspek mengenai senjata tradisional desa ini.
- Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian dari laporan ini adalah untuk mempublikasikan mengenai beberapa
aspek yang menyangkut senjata tradisional yang ada di Desa Tengganan
Pegrinsingan. Bukan hanya sebagai benda untuk melukai, mempertahankan atau
melindungi saja. Akan tetapi, senjata tradisional Desa Tenganan juga merupakan
sebuah benda yang sangat penting keberadaannya dan bisa bersinergi dengan kebudayaan desa dalam
memperjelas identitas sebuah desa dengan kegunaan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menambah koleksi
pengetahuan pembaca mengenai senjata tradisional yang ada di daerah Bali,
khususnya di Desa Tenganan Pegringsingan.
- Ruang Lingkup
Dalam laporan kami ini, kami akan membahas mengenai
sejarah senjata, jenis senjata, alat dan bahan pembuatan senjata, dan fungsi senjata
yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan.
- Metode Penelitian
Metode
yang kami gunakan dalam penelitian ini mengandung prinsip empirisme yang di
dapat dari observasi lapangan dengan penduduk setempat dan dengan mengambil
beberapa referensi dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
- Gambaran Umum
Jika
anda berkunjung ke daerah Bali, maka anda akan terkesima dengan keranekaragaman
budaya yang ada di daerah ini. Salah satu contohnya, masyarakat di Bali itu terbagi
menjadi dua golongan yaitu masyarakat Bali modern (Bali dataran) dan masyarakat
Bali asli (Bali aga). Masyarakat Bali modern merupakan masyarakat Bali yang
mengalami akulturasi budaya. Masyarakat ini sebagian besar bertempat tinggal di
daerah perkotaan seperti Denpasar, Singaraja, Negara, Klungkung, dan lain-lain.
Sedangkan masyarakat Bali aga adalah masyarakat asli daerah Bali yang tidak
mengalami akulturasi budaya dan terus mempertahankan tradisi secara
turun-temurun tanpa ada perubahan.
Di
daerah Bali ada beberapa desa yang termasuk ke dalam golongan Desa Bali aga.
Sebagai contohnya, desa yang pertama yaitu Desa Trunyan. Jika
lebih senang berpetualang, maka kita bisa mengunjungi Desa Trunyan di
Kintamani, Kabupaten Bangli. Untuk mencapai desa ini, kita harus naik perahu
menuju Trunyan dengan menyeberangi Danau Batur. Selanjutnya yaitu Desa Panglipuran. Desa ini
terletak di Kabupaten Bangli, dan untuk mencapai desa ini kita perlu menempuh
perjalanan sekitar 1 jam dari Ubud, Kabupaten Gianyar. Contoh lainnya adalah Desa Tenganan. Desa ini tidak
kalah terkenalnya jika dibandingkan dengan Desa Trunyan dan Desa Panglipuran. Desa ini
terletak di Kabupaten Karangasem, sangat dekat dengan Pantai Candi Dasa.
Perjalanan menuju desa ini sangat mudah dan bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dari
selatan daerah Bali.
Salah
satu desa yang menarik perhatian adalah Desa Tenganan Pegringsingan. Desa ini
terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem disebelah
timur Pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan
letaknya kira-kira 10 kilometer dari sana.
Di Desa Tenganan, masyarakatnya masih sangat kental
dengan tradisinya seperti tradisi menenun, menganyam, menulis daun lontar,
melukis, seni ukir dan pembuatan senjata.
Salah satu keunikan yang terdapat pada desa ini yaitu
dalam pembuatan senjata tradisionalnya.
Di Desa Tenganan ini, senjata tradisionalnya dibuat oleh seorang pandai besi
yang disebut dengan pande besi. Pande besi tersebut hanya ada satu di desa ini.
Pande besi itu pun didatangkan dari desa lain yaitu Desa Tunggak Bebandem.
Beberapa contoh dari senjata tradisonal daerah ini yaitu
gandering dan kadutan. Gandering merupakan pelengkap dalam melakukan sangkep1.
Sedangkan kadutan merupakan senjata yang dipergunakan oleh laki-laki yang akan
menikah.
Adapun sanksi yang akan dikenakan kepada seseorang oleh
masyarakat desa apabila ia tidak membawa senjata gendering pada saat sangkep
adalah dia tidak boleh mengikuti rapat dan tidak boleh muncul ditengah masyarakat pada hari itu.
- Senjata
a. Sejarah Senjata
Pada
awalnya, senjata merupakan alat yang digunakan untuk membela diri bagi kaum
laki-laki di Desa Tenganan Pegringsingan. Umumnya Desa Tenganan ini memiliki
berbagai jenis senjata, diantaranya; Keris, Golok, Pedang, arit, dan terakhir
Pisau Dapur (Tiuk Cenik).
|
Senjata-senjata
tersebut sudah ada sejak desa ini ditemukan dan dibangun. Zaman dulu, bahan
dasar pembuatan senjata terbuat dari bahan besi dari Jerman yang tampilannya
tidak menarik, akan tetapi didalamnya terkandung nilai filosofi yang sangat
kental. Namun saat ini, bahan besi Jerman tidak lagi digunakan. Pandai besi di
Desa Tenganan lebih memilih menggunakan bahan besi baja dan pir2
karena lebih mudah ditemukan dan tampilannya lebih memiliki nilai estetika yang
tinggi.
Pada
masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus
sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih
merupakan benda ageman dalam
berbusana,
memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari
segi estetikanya.
1. Prapen
Prapen merupakan ruangan tempat
pembuatan senjata, yaitu bagian penempatan besi. Ruangan ini berukuran 3x2 meter.
2. Grombongan.
Grombongan
merupakan tungku pemanas besi. Grombongan ini berukuran 1X1 meter.
3. Pemurungan
Alat
penghasil angin yang terdiri dari 2 tabung semen. Berfungsi untuk memperbesar
panas api dalam grombongan. Pemurungan terhubung langsung dengan grombongamelalui
sebuah lubang angin. Cara menghasilkan angin yaitu dengan mendorong tabung
dengan kayu pemurungan.
4. Blower
Blower
merupakan mesin pembuat angin. Fungsinya sama dengan pemurungan, hanya saja
menggunakan listrik.
5. Penyulik
Berfungsi
untuk mengumpulkan abu/arang dalam grombongan.
6. Sepit
Berbentuk
seperti tang, yang terbuat dari besi. Digunakan untuk mengambil besi yang telah
dipanaskan dalam grombongan.
7. Landasan
Terbuat dari besi. Digunakan sebagai
alas penempaan untuk besi yang telah
dileburkan
.
8. Palu
Alat
penempa besi yang telah dipanaskan. Gagangnya terbuat dari kayu, sedangkan mata
palu terbuat dari besi baja.
9. Palungan
Bak
air kecil yang terbuat dari batu. Besi yang telah ditimpa dengan palu,
dicelupkan dalam palungan. Lalu dipanaskan lagi dalam grombongan hingga bentuk
besi sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
10. Lundagan
Alas
tempat pengikiran. Terdiri atas dua balok bergerigi yang terhubung dengan satu
balok panjang. Besi yang akan dikikir diletakkan di atas gerigi tersebut.
11. Timpas
Alat
pembuat Lundagan. Bentuknya seperti kapak, tapi besi timpas berbentuk mirip
setengah lingkaran.
12. Pengikir
Berfungsi untuk mengikir atau
menghaluskan besi yang selesai ditimpa.
13. Penyepuh
Silinder
besi tempat penyimpanan air garam. Air garam tersebut diambil dengan sabut
dengan mencelupkannya dalam penyepuh. Sabut yang telah dicelupkan dioleskan
pada besi yang telah ditimpa untuk disepuh.
c.
Teknik Pembuatan Senjata
Senjata
yang di gunakan oleh masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan dalam kehidupan
sehari-hari dari dahulu hingga sekarang
belum ada perubahan. Secara umum senjata tersebut dibuat secara tradisional
menggunakan peralatan sederhana dan dikerjakan tanpa menggunakan peralatan yang
digerakkan oleh tenaga listrik.Adapun proses pembuatannya adalah diantaranya:
1.
Menyiapkan
bahan yang digunakan yaitu bahan besi.
2.
Besi
disterialkan dulu dari segala macam kotoran termasuk kandungan arang atau
karbonnya.
3.
Besi yang telah ditempa itu dipanaskan hingga merah membara
lalu ditempa menggunakan palu berkali-kali, kemudian diceupkan ke dalam air
yang ada di palungan. Dipanaskan lagi, ditempa lagi hingga berulang-ulang.
Karena dipanaskan dan ditempa secara terus menerus,besi tempa akan semakin
memanjang.
4.
Selama
penempaan kotoran arang besi (senyawa karbon, silicon dan lain-lain),
senyawa-senyawa yang tidak diperlukan dan kotoran lainnya akan memercik keluar
sebagai bunga api. Dengan demikian, sedikit demi sedikit besi tempa itu akan
semakin berkurang bobotnya.
5.
Setelah
di tempa besi itu di masukkan ke dalam palungan, yang bertujuan untuk
mendinginkan besi. Dan proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga
membentuk secara sempurna.
6.
kemudian
besi yang sudah berbentuk seperti senjata diolesi dengan air garam yang ada di
dalam penyepuh dan dihaluskan menggunakan pengikir, agar terlihat lebih rata
dan rapi.
7. Setelah pembentukan besi secara
sempurna,besi tersebut di tipiskan dengan
yang berisi air dan garam serta di sempuh dengan sabut kelapa. Jika
proses penyepuhan berjalan dengan baik,maka selesailah proses pembuatan keris.
d.
Jenis-jenis
senjata tradisional Tenganan:
1)
Gandring
Berdasarkan
hasil pengamatan, gandering digunakan sebagai pelengkap pakaian saat menghadiri
sangkep, dan biasanya diselipkan pada kamen, yang dipakai dipinggang dan
letaknya boleh disebelah kanan atau kiri. Senjata ini mempunyai panjang
kira-kira satu lengkat3.
2)
Kadutan
|
Senjata yang
memiliki panjang lebih kurang 45 cm dan memiliki gerigi di kedua sisi ini
digunakan sebagai pelengkap pakaian yang wajib dipakai pada upacara khusus
seperti Upacara Pernikahan. Senjata ini dapat diselipkan pada saput yang
dililitkan di punggung, tapi ketika memakai kamen, kadutan tersebut diselipkan
pada kamen. Biasanya dikenakan oleh laki-laki yang akan menikah.
3)
Tiuk
Cenik
Tiuk
cenik merupakan salah satu jenis senjata tradisional, yang digunakan untuk
membatu kehidupan sehari-hari, seperti, memotong sayur, memotong janur dan
benda-benda yang memiliki tekstur yang tidak terlalu keras.
4)
Arit
Senjata
ini dipergunakan untuk menyabit rumput, alang-alang dan menyabit daun kelapa.
5)
Golok
Golok
adalah senjata tajam yang biasa digunakan oleh masyrakat sekitar untuk
keperluan sehari-hari, seperti memotong kayu dan untuk keperluan dapur.
- Fungsi Senjata
Terdapat
perbedaan fungsi senjata pada zaman dahulu dengan zaman sekarang. Walaupun
demikian, senjata pada kalangan masyarakat Tengganan tetaplahadalah sebuah
benda yang mepunyai kontribusi besar di beberapa bidang yang bersangkutan,
seperti, pelengkap pakaian dan peralatan dapur.
- Perubahan Dalam Teknik Pembuatan dan
Pemanfaatan Karya Budaya
Desa
Tenganan adalah desa yang penuh dengan seni, yang sampai saat ini masih
mempertahankan adat tradisional yang masih berkaitan dengan awig-awig4. Seiring
berjalannya waktu, penggunaan senjata tradisional yang digunakan dalam upacara
adat di Desa Tenganan cukup memperoleh perubahan, misalnya pada bahan dan alat
dalam pembuatan senjata. Sebelumnya, pembuat besi di Desa Tenganan
Pegeringsingan ini menggunakan besi Jerman sebagai bahan pembuatannya, namun kini
pembuatan beralih menggunakan besi baja dan pir
mobil yang dibeli bekas sesuai kebutuhan. Perubahan dalam Teknik Pembuatan
tidak begitu signifikan, hanya terdapat perubahan pada motif-motif senjata yang
kini motifnya semakin bervariasi. senjata yang berbeda bentuknya akan berbeda
pula fungsinya.misalnya gandering dan kadutan berfungsi sebagai simbolisme, walaupun
memiliki fungsi yang sama namun,di gunakan pada saat dan tempat yang berbeda.
selanjutnya pisau kecil (tiuk cenik)dan pisau besar(golok) berfungsi untuk
kegiatan di dapur dan arit atau sabit untuk memangkas rumput.
Sampai
saat ini Desa Tenganan hanya mempunyai satu tempat produksi senjata. Uniknya
pembuat senjata tidak menjual senjatanya diluar dari Desa Tenganan tetapi
masyarakat diluar Desa Tenganan—lah yang memesan langsung ke rumah pembuat
senjata. Dalam pembuatan senjata ini terdapat nilai-nilai budaya yang sangat
kental, yaitu pemanfaatan senjata tradisional yang kian berkembang dari dulu
sampai sekarang tanpa menghilangkan nilai budaya leluhur yang ada di dalamnya. penerapan terus berkembang sebagai penerus ciri khas
Desa Tenganan yang masih bersifat tradisional dan sangat berpengaruh terhadap
kekayaan budaya Desa Tenganan, hal ini dapat dibuktikan dari perang yang menggunakan pandan berduri sebagai
senjatanya dan anyaman ate sebagai perisai simbolis pemanfaatan budaya yang
ada.. Maka, senjata sangat identik dengan masyarakat desa yang mempercayai
bahwa pelestarian pembuatan senjata tidak akan punah dan akan tetap di
lanjutkan kepada setiap pemuda-pemuda di Desa karena merupakan hal wajib untuk
mereka. Senjata dibuat sebagai simbolis tetap di kembangkan menjadi fungsi lain
sebagai kebutuhan khusus sehari-hari dan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah bahwa masyarakat Tenganan menggunakan senjata
tradisional untuk kehidupan sehari-hari, seperti acara keagamaan, memasak, dan
juga sebagai salah satu syarat untuk menghadiri undangan rapat desa adat
(sangkep).
Bapak I Putu Yudiana optimis bahwa
kebudayaan penggunaan keris tidak akan hilang, karena masyarakat Tenganan
sangat kental akan kebudayaan penggunaan keris dan adanya awig-awig yang
mengatur tentang pemakaian keris. Jika ada salah seorang yang melanggar
awig-awig, akan dikenakan sanksi sesuai dengan awig-awig tersebut.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, kami menyarankan sebaiknya pembuat
senjata tradisional Tenganan menyediakan senjata yang sudah jadi, sehingga
pengunjung yang datang dapat langsung membelinya dan juga sebaiknya orang yang
membuat senjata tradisional ini ditambah tenaga kerjanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar